Sabtu, 23 April 2011

it's just short story,,,

tangan ku tergerak untuk copas cerita ini, i don't know why,
(Repost) Aku ingin Mencintaimu Dengan Sederhana .................................... De'... de'... Selamat Ulang Tahun..." bisik seraut wajah tampan tepat di hadapanku. "Hmm..." aku yang sedang lelap hanya memicingkan mata dan tidur kembali setelah menu...nggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang terlontar dari bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku. Shubuh ini usiaku dua puluh empat tahun. Ulang tahun pertama sejak pernikahan kami lima bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, kecewa. Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar seperti mimpiku semalam. Malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua seperti biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi, terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa, padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku seperti putri hari ini cuma memandangku. Alat shalat kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur tanpa dipanku. Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. Happy Birthday to Me... Happy Birthday to Me.... Bisik hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku sedih di hari ulang tahunku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa membelikan aku gamis saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah resort di malam dan hari ulang tahunku. Bukannya aku yang harus sering keluar uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku. "De... Ade kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir. Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku.. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku. "Selamat ulang tahun ya De'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut. Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur.. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang. "Maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ini. Nnnng... Nggak bagus ya de?" ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai. Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah tas selempang abu-abu bergambar Mickey mengajakku tersenyum. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku. "Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Maafin aku ya de'..." desahnya.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan. "A' lihat aku...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... kamu ngasih aku banyaaaak banget," bisikku di antara isakan. "Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya.. Kamu ngasih aku dede'," senyumku sambil mengelus perutku. "Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...." bisikku dalam cekat. Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya setengah mati padaku, melebihi keluargaku sendiri. "Kamu yang selalu nelfon aku setiap jam istirahat, yang lain mana ada suaminya yang selalu telepon setiap siang," isakku diselingi tawa. Ia tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku. Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas . Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... ..

Jumat, 22 April 2011

SABAR

SABAR,,
Hah itukan kata yang selalu mampir ditelingaku, kata yang begitu akrab. Kata yang terdiri dari lima huruf S A B A R, adekku syifa yang baru berumur 4 tahun aja bisa nyebutnya “ sabar ayuk tu”. Menurut KBBI, “sabar adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima nasibnya dng --; hidup ini dihadapinya dng --; 2 tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu: segala usahanya dijalankannya dng --;”. Jadi orang yang sabar adalah orang yang tahan menghadapi cobaan dengan salahnya tidak lekas marah, Bisa dibilang dong kalo orang yang gampang banget marah itu bukan orang yang sabar, hal ini bukan bearti marah nggak boleh, kalo menurut Mario Teguh, orang yang nggak pernah marah belum tentu orang yang sabar, mereka hanya tak bisa marah. Marah tidaklah salah tetapi cara mengekspresikannya yang kadang salah, maka dari itu ada suatu kutipan yang mengatakan, “Barangsiapa tidak marah, maka ia lemah dari melatih diri. Yang baik adalah, mereka yang marah namun bisa menahan dirinya.” [Imam al-Ghazali, dari kitab Ihya’ Ulumuddin]. Rasul bersabda, “kalau kalian marah maka diamlah (H.R. Ahmad), suatu ketika rasul pernah berkata kepada Abu Bakar, Saat kau menahan amarahmu tadi, aku melihat banyak malaikat mengelilingimu, maka akupun tersenyum, saat yang kedua kali kau tetap bisa menahan amarahmu, para malaikat semakin banyak mengelilingimu, dan akupun semakin tersenyum, hingga yang ketiga kali kau tidak mampu menahan amarahmu dan marah, seluruh malaikat tadi pergi dan iblis yang ada disampingmu, lalu akupun pergi karena tidak ingin dekat dengannya, aku juga tidak mau mengucapkan salam kepadanya. Subnallah, betapa mulia orang yang mampu mengendalikan amarahnya.
Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.", jadi salah besar jika dikatakan “SABAR ADA BATASNYA”, itu sama halnya membatasi kita untuk mendapatkan Cinta Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. Kesabaran memang pahit untuk dikecap tetapi yakinlah buahnya amatlah manis, Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 45).

Kamis, 14 April 2011

For YOU

by: Ana Humayrah

bismillah….
wahai seseorang yang telah tertulis dalam lauhul mahfudzku, imam ku dan ayah dari anak-anakku, engkau yg membersamai perjalananku nanti…
apakah yg sedang kau lakukan disana?
aku percaya kau sedang memperbaiki dirimu, memantaskan dirimu tuk menjadi imam bagi tulang rusukmu dan buah hatimu kelak…
aku percaya kau sedang menempa dirimu dalam beribu cobaan dengan menelantarkan dirimu sendiri pada medan dakwah dan problematika ummat… mencampakkan jauh egomu, membaktikan dirimu tuk ummat…
aku percaya kau sedang mengkaji, kau sedang belajar, belajar ilmu dunia terutama ilmu akhirat, yang akan kau gunakan dalam mendidikku dan buah hati kita nanti…
aku percaya Quran selalu ada dalam hatimu, selalu terucap dari bibirmu dan dzikir slalu melantun menemani langkah jihadmu…
aku percaya kau sedang menundukkan pandanganmu, menjaga hatimu dan mencampakkan hawa nafsumu…
aku percaya kau sudah merancang hidupmu, hidup kita, keluarga kita, nantinya juga untuk dakwah, untuk ummat, dan hanya karnaNya…
aku percaya,kau sedang memantaskan diri dan terus memperbaiki diri dsana, di belahan bumi manapun kau berada…
aku pun begitu sayang…
aku sedang belajar… belajar menempa diri, menjauhkan egoku demi ummat, membaktikan diriku untuk orang lain, agar baktiku padamu pun sempurna…
aku sedang belajar, meniti dakwahku, meniti cita-cita duniaku, meniti cita-cita akhiratku, agar kelak keluarga islami dan kluarga Qur’ani yg aq inginkan nanti dapat kubangun bersamamu… karna kau tahu?meskipun kau imamku, ibu adalah madrasah pertama bagi mujahidah kecilnya nanti…
aku sedang belajar menjaga diri, menjaga pandangan dan hatiku, agar ketika kau memiliki hati ini, hati ini masih utuh sempurna hanya untukmu…
aku sedang menempa diri, untuk menjadi seorang Khadijah untukmu, yang menjadi tempatmu membagi resah… seseorang yang kau datang padanya, saat kau tak tahu lagi akan datang pada siapa… seseorang  yang menguatkanmu dan menggenggam slalu tanganmu dalam perjalanan jihadmu…
akupun ingin menjadi ‘aisyahmu, seorang yang membuatmu tersenyum dan kembali ceria saat penatmu mulai datang, seorang yang menyerap ilmu darimu dengan sempurna dan membenarkan apa-apa yang salah dalam lakumu, seseorang yang mencintaimu dengan cemburunya, namun kau rasakan sakitnya,saat ia tersakiti, hingga kau katakan pada yg lain “janganlah kau sakiti aku dengan cara menyakti ‘aisyah”…
aku ingin mejadi fatimah, yang tak kau bagi cintamu pada yang lain.. bukan karna aku tak percaya kau tidak dapat berlaku adil, tapi karna aku ingin mencintaimu dengan sempurna, tanpa diganggu oleh cemburuku, itu saja…
tak kalah lagi, aku ingin menjadi seperti ibunda hajar, yang tak gentar saat kau tinggalkan di padang pasir tandus dengan seorang bayi mungil di pelukan.. tak takut akan kehilanganmu, karna keyakinanku pada Rabbku lebih besar daripada yakinku padamu… cintaku padamu, tak akan mengalahkan cintaku pada Rabbku…
usahaku ini tidak mudah sayang, begitupun usahamu..kuyakin itu..
maka tetaplah dalam jihadmu..tetaplah dalam usahamu..tetaplah dalam ikhiarmu… aku yakin kau kuat disana, dan doakanlah agar akupun kuat dsni dalam jihad dan ikhtiarku…bawalah aku dalam tiap doa dan sujudmu, kumohon… karna doa yg dapat menolongku…
hingga saatnya, kita bertemu dalam ikatan suci menyempurnakan  separuh dien… dan kita akan melanjutkan jihad kita bersama…
dan nanti..terimalah aku apa adanya jika aku belum bsa mejadi khadijahmu, ‘aisyahmu atau bahkan menjadi seperti ibunda hajar… tapi bimbinglah aku menjadi seperti mereka… dan kita bimbing bersama mujahid muda kita nanti tuk melanjutkan estafet perjuangan dakwah ini…
teruntukmu yang ada disana,kuatlah..dan bersabarlah…
bawalah aku dalam doa dan sujudmu, agar cinta kita nanti, hanya karnaNya…aamiin,

Rabu, 13 April 2011

Akhi.. Ku tunggu pinanganmu..

Akhi..
Jangan engkau puja puji kami bila pujianmu hanyalah janji-janji yang tak menentu. Hanya membuatku terlena dan terbuai hingga kami lupa bahwa kita sedang bermaksiat. Kau puji diriku,tapi kau hanya ingin membuatku tersenyum dan makin terbuai rayuanmu. Tidak.. tidak akhi,kami ingin kau puji setelah kau halal bagiku. Maka datangilah waliku akhi..ku tunggu pinanganmu..

Akhi..
Tak akan kami langgar iffah ku dengan ajakan khalwat dari mu.
Engkaupun sebenarnya tau,hal itu hanya akan menimbulkan badai kelabu yang membuat kita tak berdaya karna pihak ketiga yang tak lain syetan yang ada di dekat kita. Maka datangilah waliku akhi..ku tunggu pinanganmu..

Akhi..
Jagalah sikapmu pada kami,maka akankami jaga sikapku padamu,kami lemah akan sanjunganmu. Kecintaan ini ingin kami persembahkan kelak untuk suami,cinta nan kasih ini yang akan kami tuai untuk mencari ke ridhoan suami kelak. Jadi bagaimana mungkin kami mencinta pada hal yang tidak halal bagi kami, tentu Allah tak akan pernah ridho pada kami. Maka datangilah waliku akhi..ku tunggu pinanganmu..

Akhi..
Jilbabku untuk melindungi kehormatan kami,santun kami untuk menjaga iffah . Jangan kau lenakan kami agar kami lepas kehormatan di hadapanmu sebelum engkau halal bagi kami. kami ingin engkau ikut menjaga kehormatan kami dengan menjaga kami,bukan malah membawa pada kenistaan. Agar kau mampu menjaga kami secara utuh,Maka datangilah waliku akhi..ku tunggu pinanganmu..

Akhi..
kami memang tak sesempurna Aisyah dalam kecerdasan nya ataupun Fatimah dengan kelembutannya. Tapi kamiakan berusaha cerdas layaknya Aisyah dalam naunganmu dan kami akan berusaha selembut Fatimah dalam menenangkanmu.Maka datangilah waliku akhi..ku tunggu pinanganmu..

Akhi..
Kau memang tak sehebat Ali ataupun sekuat Umar,tapi kau akan menjadi hebat layaknya Ali ketika kau menjaga kami dalam kelemahan kami dan kau akan sekuat Umar agar kami tidak selalu menjadi tulang yang bengkok. Kami butuh imam yang bisa menjaga ke imanan,bukan yang mebawa kami pada jurang maksiat. Maka datangilah waliku akhi..ku tunggu pinanganmu..

Sungguh,kami memang tidak mampu menahan kala kami jatuh hati,tapi kami tak akan mengobral pesona kami hanya karna cinta yang menuntut nafsu pada keramahan syetan pada kami. Bukanlah jatuh cinta bila kau ajak kami pada kemaksiatan. Bila kau memang jatuh cinta pada kami,jangan kau bebankan deritamu pada hati yang akan memuntutmu untuk berbuat nista. Ijinkan kami menjaga hatimu,agar kita bisa menjelang bersama Jannah Nya.Maka datangilah waliku akhi..ku tunggu pinanganmu..


“Wahai jika engkau memiliki cinta
Dan telah terdorong dengan kerinduan
Maka anggaplah jarak perjalanan itu dekat
Karna kecintaan dan kerelaanmu pada penyeru
Ketika mereka menyeru..!!
Maka katakanlah,kami penuhi panggilanmu.
Seribu kali dengan sempurna
Janganlah kau berpaling
Hanya karna melihat gerimis
Jika engkau melihatnya “( Fii Zilalil Mahabbah )”
 Sumber : http://www.facebook.com/#!/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/akhi-ku-tunggu-pinanganmu/10150212981256042

Selasa, 12 April 2011

Cinta Sebatas Coklat, Oh God!

Coklat.
Pernah melihat coklat? *pertanyaan bodoh* hehe. Ya tentu saja!
Rasanya sangat sulit menemukan manusia yang tak mengenal coklat.
Tua muda. Laki-laki perempuan. Semua mengenal coklat.
Rasa manisnya yang khas dengan warna yang serupa dengan namanya. Coklat.
Dari sekedar buah yang pahit, coklat telah bermetamorfosa menjadi pelbagai makanan yang menggoda selera.
Mulai dari permen hingga menjadi si hitam manis, brownis.

Cinta.
Aah sungguh indah padanan huruf yang merangkainya. Terlebih makna yang terkandung di dalamnya.
Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah pun berkata tentang cinta.
Beliau mengungkapkan bahwa cinta merupakan suatu perasaan yang disusul dengan kehendak dan kecenderungan. Kecenderungan untuk mengungkapkan cinta itu sendiri. Cinta untuk menunjukkan cinta.
Namun sayang, sayang sayang sribu kali sayaaaang *hehe, intermezo*
cara mengekspresikannya yang kadang salah melangkah. What’s wrong?
Para pemuja cinta yang kebanyakan para remaja, sering sekali kebablasan memaknai kata cinta. Pacaran.
Kata satu ini begitu menghipnotis ribuan budak cinta. Cinta itu butuh ekspresi. Begitu alasan mereka membuat dalih. Harus diungkapkan. Sambungnya dengan semangat berapi-api. Sekaligus sebagai ajang untuk mengetahui sifat dan sikap pasangannya. Seakan tak mau kalah, bak sang sales memperkenalkan produknya.

Cinta dan Coklat
Kembali ke menu awal kita tadi. Coklat. Entah sejak kapan berlakunya dan dari mana pilosofinya. Kini coklat menjadi simbol pernyataan cinta sepasang manusia. Sang gadis menunggu pujaan hati agar mau menghadiahkan coklat padanya. Si bujang pun tak mau kalah, berlomba membeli coklat untuk kekasihnya. Sayang, ini lambang cinta ku pada mu. Rayuan gombal cap cicak menyertai prosesi pemberian coklat kepada sang pacar. Dengan gampangnya, gadis pun tersipu malu menerima hadiah itu sambil berkata. Terima kasih sayang, kau membuat hati ku terbang melayang tak karuan. Bweuh.

”Bukankah terlalu dangkal mengekspresikan CINTA dengan PACARAN apalagi hanya dengan sebatang coklat?”.
Oops, sepertinya para pacaranmania sedikit terusik dengan kalimat sederhanaku ini. Hehe.
Cinta itu terlalu agung untuk diikat dengan simpul fatamorgana bernama pacaran. Status ilegal yang hanya dihalalkan oleh syetan. Mengekspresikan cinta dengan duduk berduaan. Padahal sangat keras syariat memberi batasan karena yang ketiga adalah syetan.
Menunjukkan cinta dengan berjalan berpegangan tangan. Padahal nyata peringatan dalam kisah kepala ditusuk besi panas menyala lebih disukai daripada memegang yang bukan mahram.
Menatap sayang sang pujaan. Padahal zina mata adalah dengan pandangan.
Rindu bila sehari tak mendengar suara kekasih tercinta. Padahal zinanya telinga adalah dengan suara.
Na’udzubillah tsumma Nau'dzubillah.

Lantas. Apa yang bisa kalian harapkan darinya? Agar lebih memahami? Itu dusta!!! Tak ada yang menjamin. Banyak contoh kasus pacaran meradang ditengah jalan. Patah hati lalu bunuh diri. Apa manfaat dari pacaran? Setiap hari was-was pacar mendua hati. Salah sedikit bicara tak cocok lagi. Kemudian pergi tanpa ingat janji hidup semati. Yang ditinggal menangis berhari-hari. *alay bin lebay*.
Buka mata kalian. Rasakan dengan hati. Sadarlah, Sobat. Cinta itu terlalu agung untuk dihargai hanya dengan sebatang coklat. Meski dengan coklat terbaik di dunia sekali pun.
Sadarlah...

Dan untuk para wanita. Waspadalah, ungkapan cinta seorang pria dengan pacaran sesungguhnya adalah bukti kepengecutannya. Hanya laki-laki bermental tempe yang tak mampu bertanggung jawab. Jangan mau dibodohi!! Saatnya kebal terhadap rayuan gombal cap cicak. Ucapkan dengan lantang. Bawa pergi jauh cinta mu atau nikahi aku bila kau mampu.

*** belajarmenulis ***
Sumber : Erra Andesta
http://www.facebook.com/login/setashome.php?ref=genlogin#!/note.php?note_id=10150148513211991